Sms puisi cinta yang melelehkan hati


“Sementara aku pergi untuk menggapai semua cipta dan cita,
agar hidup lebih mudah dimasa nanti. Kutinggalkan pesan dimeja penantian
‘jagalah cintaku padamu sayang’”.



” Maafkan aku bila mencintaimu.
Aku tahu aku salah, aku tahu aku terlambat,
dan aku tahu dengan pasti sudah sekian lama aku menaruh hati padamu.
Aku mencintaimu, aku menyayangmu, aku ingin kau selalu ada untukku”.


” Merenda waktu sejarah hari. Itu ada pada diri.
Seperti halnya hati mencatat setiap yang menetap
untuk mengisi kehampaan dijiwa setiap kala”.


“Aku masih sadar, kalau mentari masih bersinar dipagi hari.
Kuharap kau pun tersenyum bila pagi menyapa
hingga harimu kan terasa lebih indah”


“Kala menduga pagi itu, menyenandungkan asa, menyanyikan rindu.
Sepeninggal waktu aku masih disini, menanti waktu harap tak pasti.
Dan senyum ini takkan pergi”.


“Hari ini tak ada jalan. Hari ini tak ada cahaya. Hari ini aku masih disini.
Membuai semua cerita bersenandung tentang waktu.
Hari ini aku sendiri membuang masaku hingga hari terakhirku”.


“Semalam bintang menyinari sukma,
semalam suara jangkrik menggugah jiwa,
semalam gemericik air menggema dihati.
Semalam indah untukmu”.


"Sebelum rembulan itu redup, sebelum malam menggelap,
sebelum binatang malam berhenti bernyanyi,
sampaikan pesanmu pada angin,
agar tak ada waktu yang tersisa terbuang sia-sia”.


“Bumi sepertinya enggan berbicara,
walau sakit, nyeri dan lelah meracuni dirinya.
Seperti halnya mata dia hanya bisa menangis”.


“Sepertinya kicau burung sore ini ada yang tak biasa,
serasa mengangkat batinku untuk bertanya ada apa denganmu?
Jangan pergi jauh dariku”.


“Layaknya embun pagi, kesejukan slalu diberi, membasahi keringnya hati.
Namun embun pagi dapat pergi sebelum kering ini habis dibasahi,
sampai meresap kedalam urat nadi”.


“Sepi kurasa membuai asaku padamu, letih terasa terbangkan mimpiku.
Kau bintang malam bagiku, kau rembulan malam hidupku.
Kau begitu ada dalam hatiku”.


“Seadainya waktu itu masih ada,
pasti aku kan disana temani rembulan yang tersenyum indah.
Namun waktu itu masihkah tersisa buatku sampaikan semua tentang cintaku”.


“Entah mengapa malam tadi serasa gelap selimut hati.
Seperti enggan menyapaku lalui belai mimpi indah dihatiku”.


“Saat ini, rasa ini masih mampu kutahan, walau terasa melumpuhkan pikiranku.
Aku tahu betul bahwa kau saat ini tak mungkin ada disisiku, tapi batinku sabar menantimu”.


“Berilah sinar wahai bintang, hembuskan nafas hidupmu,
hempaskan beban dipundakku dan beri jalan bagiku.
Lalu tersenyum dan bernyanyilah hanya untukku”.


“Berlalu waktu terbuang, sia bila diingat.
Namun waktu dapat memastikan apakah kekal atau hanya sementara
dan waktupun kan apakah aku tetap bertahan”.


“Entah mengapa tanpa sebab dunia berputar dalam mimpiku semalam.
Dan semua kenangan kembali menyiksa sisa waktuku,
pasti … perlahan kau tanyakan cintamu”.


“Saat ini mataku dan matamu buta akan wajah masing kita.
Dan aku telah meresapi waktu ini, kesucian yang menapaki dinding hati.
Ku harap kita saling mengerti”.


“Mereka setiap detik peristiwa, mengguncang segala bentuk kenyataan.
Berputar pada satu sisi disisi lain sang putrid berhenti memandang.
Apa gerangan kau tahu?”.


“Selaras jalan berlalu.
Bukan…
Bukan karena maksud. Namun harapan terlalu mengguga asa padamu.
Seperti bukit yang ditapaki. Mengenangmu, mengingatmu”.


“Aku ingin mengenal hati bukan sekedar wajah itu.
Sampai aku benar mengerti apa ada dirimu.
Hinggaku tersadar bahwa kau siapa adamu”.


“ku tulis lagi bunga cinta dihatiku,
mungkin karena sakit lama berlalu,
dan ku dapatkan jalan cerita yang sama yang berakhir sama”.


“Benang Merah itu tersulam dikaki lain
Penyesalan…
Ingin pergi namun aku sudah terlanjur dalam menyelaminya.
Sulit memang, tapi aku harus pergi walau harus mati”.


“Letupan rasa berpendar pada penghidupan hidup kali ini,
mungkim berlalu atau ia enggan menjauh.
Dan akhirnya hanya nafas yang tersengal karma asa yang tak reda”.


“Bunga cinta gugur ditaman cinta kemudian layu ditelan waktu
Isak tangisnya menggema kesegala dimensi
Ia sesali karma tak lagi bisa harumkan dunia dengan cintanya”.


“Relung hati yang terlukis pada kanvas cinta,
mungkin indahnya tak berdaya jual, karma memang bukan untuk dijual,
namun pesonanya mampu menenangkan hati”.


“Rentetan waktu berubah pada titik pencerahan
dan mungkin karma sebelumnya sesuatu enggan hantarkn hati
“Lama tak mengenang mungkin tenggelam saat waktu berdendang,
namun sebuah nama tak jua kusam kala masa melekangnya.
Dan kata ini benar hidup dipikirku”


“sadar membuatku terdampar di ruang cinta sobatku,
bayang menerawang pada singgahsananya.
Dan sebuah Tanya menjatuhkanku pada hatiku lalu ‘kapan’ pun terucap.”


“Lagi…
Waktu membenamkan rindu teramat sangat dalam,
Lalu waktu pulalah yang menumbuhkan cinta yang cacat..
Namunku yakin dari akar terdalam cintaku akan kokoh dalam badai.”


“Aku ingin menangis tapi tak bisa menangis,
aku ingin bersujud tapi tak disini tempatnya,
aku ingin berkata tapi tak tahu berkata apa,
aku ingin menyayang tapi untuk siapa?”.


” Kerasnya karang berharap luluh pada waktu air menerpanya,
mungkin kan jadi lebih baik, namun saying waktu membuat karang itu
semakin kokoh dan tak jua luluh”.


“Saat itu sejenak aku terdiam, karma seraut wajah yang sepertinya lama kukenal,
walau ternyata aku baru mengenalnya.
Lalu penting ga penting namun lebih penting soal hati”.


“Terkadang cinta datang sesaat,
lalu bergulir menjadi benci yang tiada akhir.
Namun buatku cinta itu sangat berharga,
walau cuma sesaat, aku ingin merasakanya”.


“Hmm…alur hidup sungguh berliku, tak tahu dimana kan bermuara.
Mungkin ketika waktu menjawabnya aku tak lagi mampu berkata-kata.
Dan aku takkan pungkiri semuanya…”.


“Menata waktu yang tak henti mengalir,
berharap rindu tak segan menghampiri. Walau rindu menyiksa,
aku kan tetap menanti cinta yang aku rindu.
Dengan cara ini aku mencintaimu”.


“Dek! Kala bintang menaburkan cahayanya,
menerangi hatiku dengan senyumnya.
Dik! Kala hari menjelang,
ku ingin temukan dirimu ditiap waktunya, tuk hangatkan hatiku”.


“Mala mini melarutkan bidadari keperaduan.
Dan ini bukan waktu untuk sesali sebuah kisah.
Menjalaninya dengan tegar akan membuat arti sendiri untuk hidup kita”.


“Berkala sang waktu menyanyikan asa demi
kerinduan pada sesuatu yang hilang dari hidupnya.
Dan kini waktu dating dengan senyumnya,
berharap kan dapatkan sebuah kebahagiaan”.


“Serasa waktu mengutk sang rembulan,
karena sinarnya sembunyikan kebenaran.
Dan akhirnya kejujuran sang bintang terhalangi kesombongannya.
Padahal dia Cuma sendiri”.


“Takkan mati kebencian yang tertanam, entah karena apa,
yang ku tahu dengan melepaskanya mungkin semua kesedihan
takkan lagi membebani semua rasa yang pernah ada dihati”.


“Pagipun dating bersama senyuman sang mentari.
Bila kesedihan sempat merajai hati,
aku berharap pagi ini adalah awal yang baik untuk kita mengejar mimpi”.


“Tak ada kata yang perlu dijelaskan.
Bila hati telah terbuka, maka takkan ada maksud hati yang tak tersampaikan.
Karena semua yang datang dari hati dapat terbaca oleh hati”.


“Izinkan malam merajutkan mimpi indah buatmu.
Dan biarkan tidurmu tetap cantik, agar sang bintang selalu setia sinari lelapmu.
Met tidur ya sayang!”.


“Sesejuk embun pagi yang mendamaikan jiwa,
semua perasaanmu mengalir membasahi hatiku.
Terima kasih cinta kau telah hadir untukku”.


“Ada kalanya hatiku tersiksa karena sepi.
Ada kalanya aku ingin menangis karena bosan menanti.
Ada kalanya aku serasa tak berarti. Dan ada kalanya aku rindu bersamamu”.


“Saat malam membentangkan langitnya,
bukan kesedihan yang menghantui,
tapi mala mini sungguh indah karena ia suguhkan bintang-bintang.
Aku berharap menikmatinya bersamamu”.


“Sangatlah mudah untuk membunuhku,
dengan kau pergi dan tak perdulikan aku, sungguh aku telah mati.
Tapi dalam kematianku akan selalu hidup rasa sayangku padamu yang menanti dirimu”.


“Saat rindu ini bertalu mengingatmu,
terasa sepi merajai hatiku. Kasih…tanpamu sungguh berat hidupku.
Cinta..tanpamu tak lagi bermakna hidupku. Aku gila tanpamu sayang..”


“Sesak ini takkan berhenti sampai disini..karena semua rasa
dan harapan masih ada dalam hati dan pikiranku..
kan ku coba kumpulkan kembali kepingan hatiku yang hancur karenamu”.


“Dan kusatukan kembali dengan cinta yang masih tersisa..
lalu ku serahkan kembali hatiku hanya untukmu.
Aku masih berharap akhir yang indah bersamamu sayang”.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar